Minggu, 17 Juni 2012

mobil goyang

Suatu hari temanku mengajak bertemu di salah satu mall di Jakarta. Sayangnya semua mobil di rumahku sudah pergi, hanya tinggal sebuah mobil Alphard yang besarnya seperti gajah yang tersisa. Terus terang di antara semua mobil, inilah salah satu mobil yang paling tidak aku suka, selain karena besar juga sedikit susah mengendarainya.

Karena tidak punya pilihan, aku memberanikan diri untuk membawanya. Entah apa yang terjadi walau hari dan jam kerja, parkiran di mall tersebut penuh. Aku mengelilingi tempat parkir berkali – kali hingga sampai di lantai 3, dimana seorang penjaga parkir menyadari bahwa aku sedang mencari tempat parkir.

Setelah memarkirkan kendaraanku di sudut dengan mudahnya (untungnya), hp-ku berbunyi. “Den, sorry. Gua bakal agak telat nih. Tadi ada tamu mendadak. Sekarang gua jalan ya?” “Gua dah nyampe nih. Jangan terlalu lama ya,” jelasku sambil memerhatikan tukang parkir yang membantuku tadi. “Cakep juga nih orang.”

Karena terkesan sedikit lama di mobil, tukang parkir tersebut datang menghampiriku. “Ada masalah, Pak?” “Gak kok, cuman lagi nyari barang nih. Gak tahu taruh dimana saya,” Jawabku sambil memancingnya sendikit. “Mau dibantu?” “Boleh. Aku lagi nyari pematik.”

Sambil membantu mencarikan pematik yang memang kusembunyikan di jok bawah mobil, aku memerhatikan tukang parkir tersebut. Bau keringat jantannya dapat kurasakan dengan kuat dengan baju seragamnya yang sangat ketat di tubuh. Sesaat penisku mulai menegang.

“Jadi enggak enak nih dibantu nyari barang pas lagi kerja gini,” Kataku. “Ah, enggak apa apa kok. Kalau ada yang bisa dibantu ya aku bantu juga. Lagipun sudah jadi tugas kami untuk membantu semua tamu.” “Semuanya? Bantu apa aja nih?” Tanyaku. “Ya, semuanya,” Jawabnya sambil melihat ke arahku dengan mata nakal.

Dengan berani, aku mendekati dan mencium bibirnya yang merah itu. “Ntar kelihatan orang, Pak.” Aku membawanya ke bagian tengah dimana aku yakinkan bahwa tidak akan ada yang bisa melihatnya dari luar karena kaca film yang dipasang. Kami langsung mulai bercumbu kembali sambil memegang tonjolan di celana masing – masing.

“Kontolnya gede juga, Pak.” “Kamu juga nih, Mas.” Aku menarik reseletingnya dan menurunkan celana beserta celana dalamnya langsung. Terlihatlah penisnya yang sedang ngaceng dengan arah sedikit ke kanan. “Wow, Kepalanya besar banget,” Komentarku.

Penisnya benar – benar terlihat seperti jamur. Kepala penisnya jauh lebih besar daripada batangnya. Aku tak kuasa menahan ludahku yang terus keluar untuk menikmati “jamur panggang’ miliknya. Langsung kulahap penisnya. Aku merasa sesak sesaat dan ketika sedang mengambil nafas, ia langsung membuka celanaku. Ia terkejut karena aku tidak menggunakan celana dalam. Setelah burungku keluar dari sarangnya, ia langsung melahapnya seperti seekor kucing yang kelaparan.

“Ahh, enak enggak?” “Hmmphhh…” Jawabannya yang terdengar seperti ia tak dapat menahan laparnya. Aku kemudian menggulingkan badannya kebawah dan kami melakukan 69. Ia terlihat sangat nafsu sekali. Aku memegang buah pantatnya yang ketat itu. Kuremas dengan kencang dan ia mendesah dengan kuat. Kami kemudian kembali ke posisi semula.

“Pak, anda hebat sekali ya.” “Ya dong. Eh, mau enggak aku masukin kamu?” Tanyaku sambil berbisik di kupingnya dan kumainkan penisnya yang besar itu. “Disini, Pak? “Ya, mau ya? Aku horny banget lihat badan dan penismu. Ia hanya mengangguk. Untungnya dalam dompetku tersisa 1 buah kondom dengan gel-nya.

Ia mulai menungging dan setelah memakaikan kondom pada kontolku, dengan gel yang ada, pelan – pelan aku lumuri lubangnya dan juga penisku. “Ahh… Pelanan ya, Pak. Aku jarang dimasukin.” Pelan – pelan aku mulai memasukan penisku ke dalam lubangnya. Ia terlihat sedikit kesakitan tapi akhrinya dapat kumasukan semuanya.

“Lubangmu sempit banget. Enak banget nih, “Kesanku sambil kukocok penisnya yang besar itu. Aku sedikit kesusahan mengocok penisnya berhubung setiap kali kukocok tanganku tak kuasa mengenai leher kontolnya. (jadi bisa dibayangkan seberapa jauh perbandingan badan dan kepala penisnya kan?)

“Terusin, Pak. Terusin. Ah, enak banget dimasukin ama bapak.” Kami seakan terbakar oleh gairah dan nafsu binatang yang liar. Dapat kurasakan betapa kencangnya mobilku bergoyang. Tak lama aku kemudian mencabut kontolku. “Kenapa dicabut, Pak?” “Ganti posisinya. Kamu duduk di kursi biar kita bisa saling hadapan.”

Aku kembali memasukan penisku kedalam lubangnya yang ketat sambil kukocok dengan cepat kontolnya. Dapat kurasakan bahwa sebentar aku akan mencapai orgasme. Langsung kukeluarkan kontolku dan kucabut kondom yang kupakai. Seketika ia langsung mengocok kontolku dan kemudian melahapnya. “Arrgggghhh….” Semburan pejuku yang banyak keluar di mulutnya yang rakus akan susu segar yang baru saja diperahnya. Aku mengeluarkan kontolku dalam mulutnya dan meneteskan beberapa tetesan terakhir pada kontolnya.

“Ah, terusin, Pak….terusin…cepat….ahhhh.” Ia pun menyemburkan pejunya yang banyak di dadanya. “Aku puas banget hari ini. Dah lama aku enggak nge-sex sehebat ini. Makasih ya, Pak.” Tak lama setelah berbenah, hp-ku berbunyi dan temanku sudah menunggu di salah satu cafĂ© di mall tersebut.

Sewaktu aku kembali ke tempat parkir setelah makan siang, tukang parkir tersebut sudah tidak ada di tempat. Kini salah satu pengalaman sex-ku yang menarik hanya tinggal kenangan berhubung aku lupa menanyakan nomer telepon dan namanya.

2 komentar: