Minggu, 17 Juni 2012

semalam dan sekali saja

Sebagai anak bungsu di keluarga, aku selalu dimanjakan oleh kedua orang tuaku termasuk kakak perempuanku satu – satunya. (Kami hanya 2 bersaudara) Bisa dibilang hampir semua keinginanku dapat terpenuhi.

Suatu hari kakakku membawa seorang lelaki untuk diperkenalkan ke kedua orang tua kami. Mereka berdua ternyata berencana untuk menikah. “John ya?” Katanya. “Andy nih, calon kakak ipar loe. Hehehe.” Terus terang selama ini ketika kakakku membawa seorang teman pria aku tidak pernah merasa nyaman karena aku tidak ingin kehilangan kakakku, lebih tepatnya ‘membaginya’. Kakakku adalah teman terbaik dan juga terdekat, mana mungkin aku mau kehilangannya.

Tapi kali ini berbeda. Entah mengapa ketika ia membawa Andy datang, aku merasa bukan hanya ingin disayang oleh kakakku tetapi juga olehnya. Akhirnya pikiranku setiap hari melayang membayangkan akan dirinya dan menjadi objek fantasiku.

Pernah suatu saat ketika mereka berdua pulang kehujanan, Andy disuruh mandi oleh ayahku. Gleg, seketika ada perasaan deg – degan dan nekad untuk mengintip saat ia mandi. Tidak lama setelah ia masuk ke kamar mandi di kamar kakakku yang juga berhubung dengan kamarku, aku langsung ke pintu beranda dan memanjat tembok untuk menyaksikan live show yang sudah aku tunggu selama ini.

Badannya yang bidang dengan bulu bulu halus di dada yang turun ke arah penis. Ia melihat tubuhnya di kaca sambil mengangkat lengannya dimana dapat kulihat bulu ketiak yang lebat. Sepertinya ia sedang meregangkan badan. Aku piker ia langsung membuka celananya tetapi tidak. Ia memainkan kedua pentilnya yang berwarna coklat gelap sambil menutup mata dan mengerang kecil.

Tidak lama, ia mulai menurunkan celana dengan satu tangan. Terlihatlah celana dalam brief berwarna biru. Penisnya yang sudah ngaceng tercetak dengan jelas. “Besar banget kontolnya,” Kataku dalam hati. Aku mulai merasakan sedikit basah dari celana dalam yang kukenakan. Tangannya terus bermain di pentil coklatnya dan mulailah ia menurunkan celana briefnya.

Panjang, kecoklatan dengan diameter yang besar. Aku menelan air ludahku setelah melihat pemandangan indah ini. Ia langsung buang air kecil dan tidak lama kulihat penisnya sudah mulai tertidur. Air mengalir membasahi tubuhnya yang fit. Ia mengambil sabun dan membersihkan tubuhnya, penisnya dan pantatnya yang bulat. “Argh, andai dapat kuraba pantat itu. Pasti keras sekali.”

“Dy, jangan terlalu lama ya? Papa, mama sudah menunggu untuk dinner.” Jelas kakakku. Ia langsung buru – buru menyelesaikan mandinya.

Suatu hari kedua orang tuaku hendak berlibur keluar negeri. Kakakku juga ikut bersama mereka. Tadinya aku dijadwalkan untuk pergi d hari yang sama tetapi karena aku masih ada tugas yang harus diselesaikan maka aku menunda kepergianku selama beberapa hari. “Dy, nanti kalau aku pergi, kamu temenin John dulu ya? Kasian dia gak ada yang nemenin,” Jelas kakakku.

“Gak usah lah, kak. Sendirian juga bisa kok.” Jawabku dengan berani walau sebenarnya ingin ditemeni olehnya dan mengintipnya kembali saat ia mandi. “Gak pa pa lah, John. Aku juga pas gak ada kerjaan ini.”

Akhirnya pas hari mereka berangkat tinggalah kami berdua di rumah. Yang aku suka juga dari Andy adalah ia juga anak bungsu yang ingin sekali punya adik. (Tapi tidak diberi berbuhung mereka saja sudah 5 bersaudara) Pantes saja kakakku senang sama yang ini. Andy itu tipe yang penyayang sih.

Kita berdua main game semalaman sampai aku ngantuk. “Tidur disini aja deh, Dy, biar sama – sama daripada sendirian di kamar lain,” Kataku dengan suara yang memelas. Ia setuju. Tidak lama setelah aku pura pura tidur dan ia tertidur, aku langsung memeluknya dari belakang. Tidak ada reaksi darinya. Aku langsung menambah aksinya. Aku menempelkan badanku seluruhnya ke punggung belakang Andy. Sesaat penisku mulai ereksi.

Andy menoleh ke belakang dan aku langsung terkejut dan pura – pura tertidur. Ia hanya tersenyum dan berkata, “Kamu suka ya, John?” Katanya dengan lembut. “Mau pura – pura tidur?” Tanyanya sambil berbisik di kupingku. Aku membuka mataku. “Aku tahu kamu selalu mengintipkan setiap kali aku mandi.” “Ha?” Kagetku. “Aku tahu kok kalau kamu selalu mengintip pas aku mandi. Kamu suka ya?” Tanyanya. “Please jangan kasih tau siapa siapa ya? Please….”Mohonnya.

“Ya lah. Kamu tenang aja. Aku rasa adil dong kalau aku….lihat tubuhmu” Jelasnya sambil mulai meraba tubuhku.

Aku sedikit terkejut dengan yang ia lakukan, namun tak mau melepaskan kesempatan ini. “Boleh aja, tapi kamu yang bukain.” Manjaku. Ia pun langsung membuka bajuku. “Gak nyangka badan kamu bagus juga ya? Kirain yang gak berbentuk.” Ledeknya. “Enak aja. Gini – gini sering latihan nih.” Sambil meraba dada dan pentilku, tangan yang satunya berusaha menurunkan celanaku. Aku membantunya. “Dah ngaceng tuh John.” “Ya nih. Digodain ama kamu terus sih.” “Loh kok ama aku? Kamu horny lihat aku ya?” Tanyanya langsung. Mukaku langsung memerah dan kujawab, “Kalo iya kenapa?” Aku langsung memegang kontolnya yang masih ditutup oleh celana tidurnya. “Nah tuh. Kamu juga dah ngaceng. Aku buka ya?”

“Kamu nakal deh.” Katanya. “Tapi kamu suka kan?” Ia seketika langsung mencium bibirku. Aku jelas membalas ciuman ‘panas’ pertamaku dengan lelaki. “Enak ya, John?” “Iya, mau lagi dong.” Ia mulai menciumku kembali dan aku mulai membuka bajunya dan menurunkan celana yang ia kenakan. Kontol keras itu kini kugenggam dan kumainkan. Akhirnya.

“Gimana rasanya setelah selama ini cuma lihat doang?” Tanyanya. “Enak banget. Besar dan keras gini.” “Kamu…mau isep punyaku?” “Aku terus terang gak tahu caranya gimana. Aku masih belum pernah sama sekali.” Jelasku. Ia seakan tidak percaya dan bertanya, “Kamu belum pernah? Sama sekali? Jangan – jangan masih perawan juga lagi.” “Kalo iya, kenapa? Mangkanya ajarin dong. Dan aku cuman mau diajarin ama kamu juga.”Jawabku dengan manja.

Ia lalu langsung menuju ke penisku, mengamatinya dan ketika aku menidurkan kepalaku di bantal (karena bosan terlalu lama nunggu. Kirain mau ngisep tapi cuman ngeliat doang) ia langsung menghisap dengan cepat. Aku terkejut dan langsung melihatnya. Ternyata saat itu yang ia tunggu. “Arrgh, geli banget, Dy.” Ia tidak menghiraukan omonganku dan terus melanjutkan aksinya.

Sambil menghisap, ia memainkan kedua bijiku sambil sesekali mencambak jembutku. Setelah memainkan ia juga memainkan bijiku dengan lidahnya. Ia mulai naik ke perutku, ke pentilku, ke ketiakku dan menciumku kembali. “Enak gak?” Tanyanya. Kini giliran aku yang tidak menjawab. Aku langsung menciumnya dan memainkan pentilnya. Setelah sekian lama mengintip ia mandi dan sering melihat ia memainkan pentilnya, aku mengetahui bahwa itu adalah g-spot nya yang paling ‘maknyus’. Sambil menghisap pentilnya yang lama, aku memainkan kontolnya yang besar itu. Kontolnya memang tidak sepanjang punyaku tetapi sangat lebar. Inilah kontol yang kusuka dari yang pernah kulihat. Seperti sangat pas di mulut. “Arh, John. Hisapanmu hebat banget.” Ketika aku ingin menuju ke penisnya, ia memintaku untuk terus memainkan pentilnya. “Nanti ya, Dy. Aku mainin semalaman deh setelah aku cobain kontol kamu.” Ia hanya mengangguk.

Awalnya aku agak ragu karena aku tidak tahu bagaimana dan tidak terpikirkan rasanya menghisap kontol. Pas di dalam mulutku aku pun terasa ingin muntah. Ia bilang jangan dipaksa dan kemudian bertanya apa aku mempunyai permen. Aku pun mengeluarkan permen caramel yang setelah memakan permen, kontolnya pun aku ‘makan’. “Hmm, enak kan? Arh, enak banget hisapanmu.” Ia berkomentar ambil menarik kedua tanganku untuk memainkan pentilnya. Aku juga mencoba untuk menjilati bijinya sama seperti yang ia lakukan.

Setelah aku kembali meciumnya, aku berbagi permen yang tersisa di mulutku. “Kamu mau coba yang lain?” Tanyanya. “Coba apa?” Ia mengelus punggung belakang sambil mulai meraba lubangku. “Aku mau, Dy. Tapi aku belum pernah sama sekali.” “Gak pa pa. aku bakal pelan pelan kok. Kamu ada lotion?” Aku kemudian ke lemari dan mengambil gel durex. Ia kaget ketika aku memiliki barang seperti ini. “Kenapa? Pas ngocok kan gua juga pake. Hehehe.”

Ia membaringkan tubuhku dan aku mengangkat kedua kakiku ke atas. Setelah mengolesi jarinya, ia lalu mengolesi lubangku. “Jangan ditahan ya, John. Relax aja. Jangan tegang.” Pelan pelan 1 jari ditembusnya. 2 jari. Dan pas saat 3jari, aku bilang kepadanya kalau aku kesakitan. Ia mulai dengan 2 jari lagi dan kembali 3 jari. Ia lalu datang menindihku dan menciumku. “John, aku mau masukin ya. Tenang aja, aku pelan pelan kok. Kalau sakit bilang saja.” Aku hanya mengangguk. Entah aku harus bagaimana. Dari yang kudengar rasanya untuk awal memang sakit tapi ada juga yang bilang enggak kalau pasangan tahu untuk tidak kasar.

Pas menciumku, aku merasakan kepala kontolnya menyentuh dinding keperawanku. (Untuk kontol sih masih perawan.) Sedikit kontolnya mulai masuk. Aku langsung kaget dan merasakan sedikit sakit. Ia mulai mendorong penisnya kembali. Tidak sakit. Pas batang kontolnya masuk ¾ aku langsung tegang dan merasakan sakit. “Dy, sakit. Dy…” “Tenang aja, John. Enggak kok.” Ia terus memasukan kontolnya dan lalu memompanya. “Arh, sakit, Dy.” “Hm, tenang sayang. Tapi enak kan?” Ia memanggilku dengan sayang. Walau terasa sakit tapi jadi enak. “Iya, Dy, enak….ahh, terusin dong. Please…” Pintaku.

Kontolku yang sudah tertidur mulai dikocok olehnya dengan ludahnya. “Ohhh….yeah……Oh…enak banget, Dy. I love you, Dy.” “I love you too honey. Enakan aku masukin? Arhhh…. Enak gak aku perawanin?” “Enak banget. Ehmm, terusin, Dy.” Kataku sambil memainkan pentilnya. Ternyata yang kulakukan membuatnya cepat ejakulasi. “John, aku keluarin ya.” Ia lalu mengeluarkan kontolnya dari lubangku dan mengocok di depan mukaku. Pejunya berhamburan dimana mana. Hampir dadaku dimandikan oleh pejunya yang hangat, dan mengalir ke penisku yang ngaceng. Ia lalu memberikan ciuman yang hangat.

“John, gimana? Enak gak?” Andy bertanya. “Enak banget. Tapi aku belum puas nih. Aku kan belum keluarin.” Ia lalu mengocok penisku yang sudah basah dengan pejunya. Setelah menegang dengan keras, Andy bertanya, “John, kamu mau coba masukin aku? Aku tuntun kamu deh. ” Dengan keraguan aku mengiyakan keinginannya sekaligus juga ingin menjadi miliknya dengan utuh. Ia tiduran dan sambil mengocok penisku dengan tangan yang satu, tangan yang satunya mengolesi lubangnya dengan gel.

“Ayo, John. Berikan kontolmu. Berikan keperjakaanmu padaku.” Katanya. Mendengar seperti itu, aku langsung ereksi dengan kuat. “Pelan – pelan aja ya.” Tambahnya. Ketika hendak masuk ke dalamnya, aku menatapnya sama seperti ketika ia menatapku tadi. Setelah masuk sedikit (cukup mudah sih), aku pikir bisa langsung dan dengan cepat aku langsung memasukan penisku. “Arrrrrhhhh…. Sakit banget, John. Pelan pelan….pelan pelan……” Jelasnya langsung. Aku langsung kaget dan ingin mencabut kontolku keluar. Ia malah menahannya. “Enggak pa pa…sekarang pelan pelan ya. Lalu masukin ke dalam dan keluar ya.”

Aku memompas penisku dengan pelan seperti yang ia perintahkan. Sambil memompas, aku kembali mengocok penisnya yang tertidur (mungkin karena kaget pas aku masukin dengan cepat) sambil menghisap pentilnya. “Ehmm, enak banget. Kamu hebat banget, John. Ahh, terusin sayang.”

“Aku mau keluar, Dy. Dah enggak tahan nih.” Pas aku hendak mengeluarkan penisku, ia menahan tubuhku. “Keluarin di dalem aja, John. Aku mau peju kamu di dalam aku.” “Aku….keluar ya. Arrhhh…” Akhirnya aku keluar di dalemnya. Aku melihat mukanya yang merah. Dengan penis yang masih tertanam di lubang kehangatanya, kami berciuman. Penisku yang sudah lemas keluar dari lubangnya. “John, tolong ambilin tissue dong.”

Setelah mengambilnya ia menaruh di lubangnya. Terlihatlah pejuku keluar dari lubang dengan cairan merah yang kupikir adalah darah. Aku panic melihat darah di pejuku. “Kenapa? Kaget ya ada darah? Tenang aja. Itu bukan darah dari peju kamu kok. Itu darah ‘perawan’ aku yang kamu ambil. Hahaha.” Jawabnya sambil tertawa. Katanya itu terjadi karena ketika ia belum cukup ‘pemanasan’ dan aku memasukan dengan keras dan langsung.

Setelah itu kami bilas bersama. Kami kemudian tiduran dengan sambil berpelukan. Ia bercerita kalau ternyata ia bisex dan pernah menjalin hubungan dengan beberapa lelaki, tetapi untuk wanita, kakakku lah yang pertama. Aku tidak pernah mengharapkan apapun karena ia adalah milikku tapi 1 yang aku minta agar dia tidak dengan lelaki lain setelah ia menikah nanti. Ia setuju dan memang itu rencananya, dan bahkan ia memang sudah tidak ada hubungan dengan lelaki manapun sejak jadian dengan kakakku. setelah puas mengobrol sana sini, akhirnya kami kembali melakukan sex hingga pagi hari. 3 – 4 ronde kami lalui dengan puas.

Kami pun masih sering melakukan hubungan sex terutama saat kakakku hamil. Setelah punya 2 anak pun kami masih melakukannya walau tidak sering. Ya, untuk melepas rindu. Lelaki lain jelas ia tidak punya. Kalau aku, bisa dibilang bukan sekedar lelaki lain kan? Akhirnya bukan hanya sekedar , tetapi seterusnya.

1 komentar: